Sunday, February 24, 2013

Eco-Green Design


Green Design / Eco Design


I. Pengertian Green Design

Green Design / green architecture adalah rancangan desain / bangunan yang mengutamakan kelestarian ekosistem antara manusia dan lingkungan sekitarnya. Yang dimaksud dengan kelestarian ekosistem adalah kita sebagai pengolah, mengolah atau mengambil sumber daya dari alam dengan tidak secara berlebihan dan tidak menyebabkan kerusakan terhadap lingkungan. 

Green Design juga mengacu pada Sustainable Development (pengembangan berkelanjutan) yang dimaksudkan dengan pengembangan atau pembangunan yang dilakukan masa sekarang untuk kebutuhan sekarang tidak menyebabkan kekurangan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya. 

II. Ekosistem

Ekosistem merupakan sistem ekologi yang terbentuk dari hubungan timbal-balik antara makhluk hidup (biotik : manusia, hewan, dan tumbuhan) dengan makhluk tidak hidup (abiotik : tanah, air, sinar matahari, dan udara) yang saling membutuhkan satu dengan yang lain.

Jadi, dasar dari eco design adalah keberlangsungan atau kelestarian dari ekosistem.

III. Desain Interior

Desain interior adalah perancangan desain ruang dalam dengan menyatukan elemen-elemen desain untuk mencapai tujuan estetis, kenyamanan, dan keamanan.

Sebagai desainer interior, tidak hanya memiliki tugas menata ruang menjadi terlihat indah dan nyaman, tapi juga sebagai problem solver atau pemecah masalah yang ada pada ruangan / bangunan dan meyelaraskannya dengan lingkungan sekitar yang ada untuk memenuhi kebutuhan klien.

Dalam desain terdapat 7 prinsip desain yang perlu diperhatikan dalam merancang sebuah desain :

  • Unity dan harmony : sebuah ruangan dianggap memiliki kesatuan ketika elemen yang ada saling melengkapi dan berkesinambungan satu dengan yang lain sehingga menghasilkan komposisi yang seimbang.
  • Keseimbangan : tidak "berat" sebelah, tidak condong ke salah satu sisi ruangan. Terdapat kesimbangan simetris dimana berat visual elemen desain seimbang secara horisontal maupun vertikal. Keseimbangan asimetris dimana berat visual elemen desain tidak merata di poros tengah. Keseimbangan radial : semua elemen desain tersusun dan berpusat di tengah.
  • Focal point : aksen pada ruang yang menjadi daya tarik ruangan atau ciri khas ruangan.
  • Ritme : pengulangan pola tentang visual pada ruang.
  • Detail : penataan aspek desain (cahaya, material, dll.) untuk meningkatkan suasana ruangan.
  • Skala dan proporsi : hal ini mengenai bentuk dan ukuran yang harus seimbang antara benda (perabot, aksesori) satu dengan yang lain. Bentuk dan ukuran yang tidak seimbang akan menimbulkan rasa tidak nyaman akan desain suatu benda. 
  • Warna : warna pada ruang akan menciptakan nuansa dan mood pada ruangan.


IV. Elemen Interior 

Elemen dalam interior terdapat 3 bagian :
  1. Dinding : difungsikan sebagai pembatas antar ruang, mempengaruhi efek psikis seperti memberi rasa aman dari lingkungan luar. 
  2. Lantai : elemen yang berada dalam ruangan yang sebagai penunjang segala komponen yang berada di dalam ruangan. macam-macam flooring : kayu (parkit, papan kayu, rotan), fabrikasi (karpet), batu (marmer, granit), tanah liat (keramik), resin (lapisan karet, vinyl).
  3. Langit-langit 

V. Penerapan Eco-Green Design 

Dalam menerapkan desain bangunan yang eco-green, terdapat prinsip-prinsip yang diterapkan dalam perencanaan pembangunan, yaitu :

1. Conserving energy ( hemat energi ) :

Mengoperasikan bangunan secara ideal yaitu dengan menggunakan sumber energi yang langka dan membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkan kembali se-sedikit mungkin. Seperti : meminimkan penggunaan pencahayaan buatan dengan memaksimalkan pencahayaan alami dari sinar matahari dengan banyak bukaan pada bangunan. Dan mengurangi penggunaan penyejuk ruangan dengan memaksimalkan fungsi bukaan pada bangunan, dll. 

2. Working with climate (memanfaatkan kondisi iklim dan alam lingkungan) :

Melalui pendekatan green design, bangunan beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan kondisi alam, iklim, dan lingkungan sekitar ke dalam bentuk serta pengoperasian bangunan. 
Misalnya dengan cara : 
  • orientasi bangunan terhadap sinar matahari
  • menggunakan jendela dan atap yang dapat dibuka-tutup untuk mendapatkan cahaya dan pengudaraan sesuai kebutuhan.

3. Respect for site (menanggapi tapak bangunan) :

Perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan tapaknya. Hal ini dimaksudkan keberadaan bangunan baik dari segi konstruksi, bentuk dan pengoperasiannya tidak merusak lingkungan sekitar, dengan cara :
  • desain bangunan dengan menggunakan tapak yang lama atau yang sudah ada.
  • menggunakan material yang tidak merusak lingkungan.
  • luas bangunan < luas lahan, hal ini dimaksud agar terdapat ruang terbuka hijau pada bangunan.

4. Respect for user (menanggapi pengguna bangunan) :

Pemakai dan  green design mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Kebutuhan akan arsitektur hijau harus memperhatikan kondisi pemakai yang didirikan di dalam perencanaan dan pengoperasiannya.

5. Limitting new resources (meminimalkan penggunaan sumber daya baru) :

Suatu bangunan seharusnya dirancang dengan mengoptimalkan material yang sudah ada (lama) dan meminimalkan penggunaan meterial baru.


Selain prinsip-prinsip mengenai eco-green design, terdapat konsep-konsep yang juga perlu dijadikan pertimbangan rancangan pembangunan, diantaranya :

1. Site Planning dan kulit bangunan : 

Site planning (orientasi bangunan) berkaitan dengan pemilihan lokasi. Jika lahan menghadao ke barat, desain bangunan dapat direkayasa. Salah satunya dengan menerapkan second skin. Atau, jika ingin tampak depan bangunan minim bukaan karena menghadap ke arah barat, kulit bangunan atau dinding bangunan harus lebih tebal untuk mengurangi panas yang masuk. Atau, jika terdapat bukaan, dapat dibuat shading atau overstep atap, atau screen dengan roster atau tanaman di depannya.

2. Penghematan energi : 

Ini juga berkaitan dengan kulit bangunan. Bangunan yang efisien tentu akan menggunakan energi yang lebih kecil. Bangunan dengan banyak bukaan akan lebih hemat energi daripada bangunan dengan penggunaan pendingin ruangan.

3. Konservasi air : 

Lahan yang ada tidak seluruhnya digunakan sebagai "full" bangunan, akan lebih baik jika ada area atau daerah resapan air. 

4. Kondisi udara dalam ruangan : 

Ini berkaitan dengan masalah pencahayaan dan penghawaan. Pertimbangan penggunaan bukaan pada bangunan secara efisien yang difungsikan sebagai tempat masuknya sinar matahari sebagai pencahayaan alami dan udara.

5. Penggunaan material : 

Gunakan material yang ramah lingkungan. Contoh, jangan menggunakan cat dengan pelarut yang mengandung VOC (volatile organic compound) karena berbahaya. Lebih baik menggunakan cat dengan pelarut water-based yang ramah lingkungan. Untuk renovasi, gunakan material dari bangunan lama yang kondisinya masih bagus.

6. Manajemen : 

Memikirkan perencanaan rancangan bangunan sebaik mungkin agar menghindari terjadinya pembangunan ruangan-ruangan yang tidak terpakai secara efisien.


VI. Kesimpulan

Seluruh kebutuhan manusia telah disediakan dan berasal dari alam. Kita diperkenankan untuk mengambil, memanfaatkan, dan mengolah segala sesuatu yang berada pada alam bumi ini untuk memenuhi kebutuhan hidup. Namun semuanya itu tidak dilakukan secara berlebihan dan tanpa tindak menjaga kelestarian alam. 
Penerapan akan eco-design dalam arsitektur dan desain interior difungsikan untuk memecahkan masalah mengenai keterbatasan akan tersedianya bahan pemenuh kebutuhan hidup untuk saat ini dan untuk menunjang pemenuhan kebutuhan generasi yang akan datang. Dan juga sebagai kepedulian akan kelestarian alam dan keseimbangan ekosistem.

Dalam penerapannya ke dalam interior/arsitektur, pemahaman eco-living akan mendasari segala penggunaan material/bahan yang dipilih guna menjaga kelestarian lingkungan dan ekosistem (sustainable). Dengan penjelasan akan eco-green design diatas, kita memahami arti pentingnya kelestarian ekosistem bumi kita untuk saat dan masa datang. 

1 comment: